Dari Main-main hingga Khadafi
”Bianconerri” akhirnya berpesta. Hanya saja pesta yang mereka lakukan kali ini bukan di Delle Alpi, stadion kebangaan klub kota Turin itu, melainkan di Stadion Friuli, milik Udinese. Juventus harus merayakan di sana setelah meraih kemenangan terakhir 2-0 atas Udinese. Kepastian merebut scudetto ke-26 kalinya ini juga ditentukan oleh kekalahan Inter Milan atas Lazio 2-4 di Olimpico, Minggu (5/5).
Pesta menyambut kemenangan langsung dirayakan para pemain, ofisial dan tentu saja para tifosi Juve. Di Friuli, tifosi klub berjuluk ‘Nyonya Tua” itu langsung menyerbu lapangan dan merebut semua yang menempel pada diri para pemain Juve, kecuali celana dalam yang disisakan. Sementara di Turin, ribuan orang bergerombol di tengah Piazza San Carlo, tempat berlangsungnya pesta para tifosi. Bagi mereka inilah pesta kedua yang dilakukan setelah terakhir kali merayakannya pada musim kompetisi 1997-1998. ”Saya gembira scudetto dibawa kembali ke Turin. Mereka (Juventus) pantas mendapatkannya,” kata Walikota Turin Sergio Chiamparino. Bukan hanya di Turin, para pendukung Juve yang tersebar di berbagai penjuru Italia juga merayakannya di Palermo, Sisilia.
Main-main
Juve merupakan klub milik keluarga Agnelli dengan Giovani dan Umberto Agnelli sebagai presiden kehormatan. Klub ‘hitam-putih’ ini berdiri tahun 1897. Berdirinya Juve seperti main-main. Diawali oleh sekelompok pelajar Liceo D’Azeglio di Turin yang biasa mangkal di halte Re Umberto Avenue. Pada suatu ketika mereka memiliki ide untuk membuat sesuatu dalam bidang olahraga yang kemudian diputuskan, sepakbola sebagai pilihan. Kostum kebanggaan Juve yang pertama kali bukanlah hitam putih seperti yang dikenal sekarang ini, melainkan merah jambu (pink). Selama tiga tahun (1900-1903) mereka menggunakan warna ”genit” itu, sampai akhirnya diputuskan berubah menjadi ‘hitam-putih’. Perubahan itu pun dilakukan tanpa rencana yakni, ketika mereka mendapatkan kiriman kostim yang salah dari Inggris, tempat mereka memesan.
Enrico Cafari tercatat sebagai presiden pertama Juve, sedangkan gelar pertama di ajang Liga Italia direbut tahun 1904-05. Namun setelah sukses itu, Juve harus menunggu waktu 20 tahun untuk kembali merasakan juara. Tahun 1925 adalah untuk kedua kalinya scudetto mereka rasakan. Lima tahun kemudian, Juve tercatat sebagai klub yang sulit ditaklukkan. Itu terbukti dengan lim akali berturut-turut mereka menjadi juara. Diwali di tahun 1930, tak ada klub lain yang mampu menggeser Juve hingga tahun 1935. Setelah era itu, Juve pun secara sporadis merebut juara dengan beberapa catatan istimewa seperti dekade tahun 1970 sampai 1977, kemudian 1980 sampai 1985. Provercelli, Casale adalah pemain tangguh yang tercatat pernah dimiliki Juve sebelum terjadinya Perang Dunia I. Sedangkan kiper Giacone dan bek Novo serta Bruno adalah pemain Juve yang pertama kali masuk dalam tim nasional Italia.
Kini Juve adalah tim besar dengan modal yang sangat kuat pula. Bahkan selain Agnelli – pemilik produsen mobil FIAT & Ferarri -- yang menguasai sebagian besar saham Juve, saham klub ini sebagian dimiliki juga oleh Moamar Khadafi, presiden Libya melalui perusahaannya Firma Lafico Libyan Arab Foreign Company. Sekitar 23 juta euro ditanamkan orang nomor satu Libya itu yang diberikan untuk anak kesayangannya, Al Saadi, yang juga pemain nasional Libya dan pemiliki klub Al-Itihad serta penggemar berat Juventus. Bahkan ada rencana, Khadafi akan menambah jumlah sahamnya di Juve.(kesit b handoyo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar